Sabtu, 10 Agustus 2013

HARI RAYA IDUL FITRI

Hari raya idul fitri berulang setiap tahun. Setiap tahun pula, penduduk di pulau Jawa mudik ke kampung halaman. Setiap tahun pula, jalan raya menuju dan dari kota besar selalu macet. Setiap tahun pula, penyeberangan juga antri. Jakarta - Merak selalu antri ... Gilimanuk - Ketapang juga selalu antri. Padangbay - Lembar tidak luput dari antrian panjang. Orang-orang selalu sibuk mempersiapkan diri untuk mudik ...setiap tahun. Orang selalu ingin kumpul bersama keluarga besar ... setiap tahun.

Malam ini hari ke tiga lebaran. Anak-anak masih juga menyalakan petasan. Duar...duar...duar...Para orang tua sedang duduk santai bercengkerama dengan seluruh anggota keluarga, saudara-saudara dekat dan anak cucunya, semua kumpul di rumah induk milik orang tua mereka. Suasana begitu riang gembira. Anak cucu mengadakan macam-macam kegiatan untuk meramaikan suasana. Ada lomba nyanyi, ada lomba membuat dan membaca puisi, ada fashion show ...Jurinya tante, bude dan anggota keluarga yang lebih tua. Hadiahnya mainan dan kue ...Hingar bingar tepuk tangan meriah sekali, manakala pemenangnya diumumkan ... he he he ... seolah olah selama merayakan lebaran idul fitri tidak ada masalah sama sekali. Semua orang di sebuah keluarga begitu senang dan bahagia ....

Minggu, 05 Mei 2013

ARISAN

Dasawisma Kwnanga 21 adalah sebuah kumpulan ibu-ibu di Dusun Jomegatan, Kelurahan Ngetsiharjo, Kecamatan kasihan, Kabupaten Bantul, Jogjakarta. Setiap bulan mengadakan pertemuan yang diisi dengan arisan dan diseminasi informasi dari Kelurahan, Kecamatan atau Kabupaten.

Pertemuan selalu diselenggarakan di rumah Ketua DW Kenanga 21. Pada bulan Mei 2013, pertemuan rutin diadakan di Pantai Baru, lebih kurang 24 kilometer dari Dusun Jomegatan. Para anggota senang, bisa arisan sambil menikmati indahnya pantai Baru dan sejuknya angin yang semilir diantara pohon cemara.

Suasana Arisan Dasawisma Kenanga 21 di tepi pantai Baru (Mei 2013)



Kenangan yang indah ...yang tak terlupakan bagi ibu-ibu Dasawisma Kenanga 21. Setelah arisan, dibagikan doorprize. Waaahh ibu-ibu bertambah senang, meskipun hadiahnya tak seberapa jika dinilai dengan uang, namun terasa kegembiraan dan kebersamaan diantara kami. Tidak ada perbedaan derajat, tidak ada perbedaan sosial, tidak ada perbedaan pendidikan, semua menjadi satu, bergembira.

Suasana Panta Baru (Mei 2013)
Suasana Pantai Baru (Mei 2013)
Pantai Baru (Mei 2013)
Selesai arisan, bersama-sama menuju pantai Gua Cemara. Namun sayang, pantainya kotor. Dimana-mana  bertebaran sampah plastik, koran, bungkus makanan, botol ... Mungkin karena tidak tersedia tempat sampah yang memadai. Ada beberapa tempat sampah, nemun sudah penuh.
Suasana pantai juga tidak begitu baik, karena sebagian pohon cemara meranggas kepanasan. Mungkin karena hujan sudah jarang turun ...



Suasana Pantai Gua Cemara (Mei 2013)


Selasa, 23 April 2013

KREATIVITAS DALAM BISNIS


KREATIVITAS
Didalam bisnis, menggunakan kreatifitas adalah cara yang paling efektif untuk mencapai keunggulan kompetitif. Berkompetisi hanya pada harga, bukan merupakan strategi yang berhasil, dibandingkan dengan berkompetisi dengan menciptakan produk dan jasa yang orijinal dan inventif. Di sektor publik, kreativitas dapat menjadi akar untuk menciptakan layanan yang lebih inovatif dan eisien untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Kreativitas bukan merupakan hadiah yang datang begitu saja untuk seorang jenius atau desainer. Kreativitas adalah sesuatu yang setiap orang bisa lakukan. Kreativitas adalah tentang menghasilkan gagasan baru dan menemukan solusi untuk mengatasi masalah dengan melakukan pemikiran yang berbeda.
Kreativitas penting bagi desainer, apalagi setelah mereka menemukan informasi yang ‘kering’ tentang konsumen, menjadi produk dan jasa yang aktual (terkini). Pekerjaan desainer pada umumnya akan dibuat lebih mudah dan bekerja lebih efektif, ketika mereka mengandalkan orang-orang yang mengadopsi pemikiran yang hampir sama, dibandingkan dengan jika memperlakukan desainer terisolasi dan bekerja sendiri.

GAGASAN
Gagasan yang digunakan untuk memperkaya proses desain, dapat datang dari mana saja, tidak hanya dari desainer. Gagasan bisa datang dari manajemen, orang-orang yang bergerak dibidang pemasaran atau keuangan. Manajemen harus memahami bahwa mendorong kreativitas harus dilakukan, karena hanya dengan menyediakan sugesti untuk staf, tidak menghasilkan hasil inovasi baru.
Banyak budaya organisasi mengurangi kreativitas karena alasan alamiah. Hirarki yang tegas yang datangnya dari atas, sering dipersepsi bahwa manajemen sebenarnya tidak mau mendengarkan. Manajer sering berhasrat untuk menyatakan otoritas, dan cenderung memotong gagasan, kurang mempunyai waktu untuk menelaah lebih lanjut, sehingga gagasan tidak sepenuhnya dapat dieksplorasi.
EMPATI BUKAN ANTIPATI
Salah satu cara adalah dengan menciptakan area tersendiri, atau area dimana gagasan didorong bukan dikritisi. Hal ini sulit bagi sebagian besar orang, karena terlanjur terbiasa dengan jastifikasi, terutama dalam lingkungan pekerjaan dimana terjadi pengendalian yang sangat kuat oleh manajemen.
Jastifikasi dapat mengakibatkan hal buruk terjadi pada suatu gagasan yang sebenarnya bisa kreatif. Dengan mendiskusikan mengapa gagasan tidak dapat dijalankan, atau bagaimana gagasan datang pertama kali, tim  bisa memperoleh gagasan yang lebih baik. Atau, tim mungkin bisa menemukan apa yang terlihat, sebenarnya merupakan gagasan yang tidak baik. Faktanya, dengan empati, tim akan bisa menemukan solusi yang orijinal dan dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, siapa yang akan berpikir bahwa orang dapat memprediksikan keberhasilan komputer personal (PC)?.
Kedua pendekatan tersebut (gagasan dan empati) mendorong tim, dan membuat pekerja idnividual merasa diapresiasi dan bernilai. Didalam atmosfer semacam ini, gagasan akan ditawarkan, dan karena anggota tim tidak takut gagasannya dipangkas, maka gagasan yang lebih orijinal akan muncul dengan sendirinya.

PERSPEKTIF BARU
Hambatan lain untuk menjadi kreatif adalah tidak dapat mendobrak cara berpikir gaya lama. Otak kita sering tidak membantu kita dalam hal ini. Jika kita telah mencoba untuk berpikir desain baru untuk sebuah meja misalnya, kita cenderung untuk berpikir bahwa meja itu empat persegi panjang yang didukung oleh empat kaki.
Ada beberapa teknik yang dapat membantu mendobrak siklus ini. Salah satunya adalah re-form the idea. Pikirkanlah bahwa, misalnya, bagaimana masalah dapat dipandang dari perspektif seseorang, seperti seseorang dari budaya yang sangat berbeda dari kita. Pertanyaan apa yang akan dilontarkan orang tersebut? Apakah mereka akan membuat sebuah meja? Apakah mereka akan berpikir untuk apa meja tersebut? Atau untuk merepresentasikan masalah nisalnya dengan model, diagram atau ilustrasi. Seorang desainer multidisiplin Thomas Heatherwick menciptakan meja yang disebut dengan The Plank dengan bereksperimentasi dengan menggunakan selembar kertas. Kertas dilipat, kemudian dibuka kembali. Pengalaman ini memberikan gagasan untuk membuat meja yang dilipat keatas menjadi meja tanpa kaki dengan bentuk seperti plank.
Teknik yang lain adalah memikirkan obyek yang saling berhubungan. Dalam kasus ini adalah meja. Tim dapat berpikir tentang kursi, bangku, permukaan untuk bekerja (work surfaces), lantai dan nampan, segala sesuatu yang dapat berfungsi seperti meja. Dengan sengaja bertanya secara provokatif, adalah cara lain untuk memperoleh aliran kreativitas. Apakah permukaan meja rata? Apakah sebuah meja harus memiliki permukaan rata? Apakah harus memiliki empat kaki?.

MENERJEMAHKAN GAGASAN
Sekali gagasan dihasilkan, sangat mudah baginya untuk terpeleset. Energi dan antusiasme pada pertemuan brainstorming yang pertama kali, dapat membangkitkan semangat untuk kreatif. Untuk menjadikan kretivitas menjadi inovasi, organisasi harus membuat seseorang atau tim bertanggungjawab untuk membuat gagasan menjadi kenyataan dan berhasil.
Orang kemudian akan dipercaya dan secara emosional terlibat dengan proyek, atau dengan kata lain, merasakan bahwa proyek itu adalah ‘bayi’nya, yang harus dirawat dan dibesarkan dengan sebaik-baiknya. Untuk seorang desainer, cara yang baik untuk membuat sebuah proyek menjadi nyata, adalah memproduksi prototype secepat mungkin. Ini tidak hanya akan mengklarifikasi apakah gagasan akan bagus atau tidak, tetapi juga akan membuat proyek menjadi lebih riil.
Meyakinkan tim selalu beekrjasama selama proyek, juga dapat menjaga kegairahan bekerja. Desainer tidak dapat ‘melakukan serah terima’ proyek begitu saja setelah desain jadi, tetapi harus menjaga semangat tim untuk dapat mewujudkan gagasannya tersebut.
Banyak bisnis memotong seluruh gagasan. Pekerjaan ini dilempar dari satu departemen ke departemen lain, supaya hanya tim kecil saja yang bertanggung jawab atas segala seuatu. Pekerja akan lebih merasa terlibat secara personal, jika mereka melihat proyek secara keseluruhan dari awal hingga akhir, dan menyatakan bahwa mereka bekerja untuk perusahaan atau otoritas lokal saja. 

Differences in Manufacturing Strategy Decisions Between Japanese and Western Manufacturing Plants: the Role of Strategic Time Orientation
Chris Voss and Kate Blackmon

Perbedaan budaya Jepang dan Barat mengakibatkan terjadinya perbedaan pada orientasi manufacturing strategy. Salah satu perbedaannya adalah perilaku psikologis terhadap waktu, yang bisa mengakibatkan penekanan yang berbeda pada konteks tujuan dan sasaran jangka panjang dan jangka pendek. Observasi terhadap 600 perusahaan dari 20 negara menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat adopsi dari praktek strategic manufacturing dan hubungan antara perusahaan dan manufacturing strategy.

Perbedaan tentang persepsi waktu antara Jepang dan Barat

Perbedaan siginifikan:
·       Sikap budaya terhadap waktu, dan perbedaan konsep waktu
·       Hubungan antara strategi perusahaan dan strategi manufakturing

Manajemen Jepang, menggunakan pendekatan jangka panjang, karena berhubungan dengan organisasi yang membutuhkan manajemen manufakturing efektif, untuk membangun market share. Manufakturing sebagai prioritas yang stratejik, strategi pengembangan, menjalin hubungan yang lebih dekat antara supplier dan assembler, Total Quality Control (TQC) dan Total Productive Management (TPM).

Manajemen Barat, menggunakan pendekatan jangka pendek, fokus pada tujuan dan sasaran jangka pendek. Manajer operasi menaruh perhatian pada isu-isu yang terjadi pada setiap bulan atau setiap kuartal, operasi harian, dan menepati jadwal.

Framework

Konstruksi sosio-budaya atas waktu. Dimensi dasar waktu bisa diterima sebagai sesuatu yang linear dan siklus. Waktu bisa diterima sebagai sekuens yang menerus (tidak ada awal dan akhir), siklus bisa statis, progresif atau degeneratif.

Aplikasi

·       The economicity of time, terkontrol dan dialokasikan
·       Monochronic (mengerjakan satu hal) dan polychronic (berbagai hal secara simultan).

Budaya Barat, menggunakan sistem monochronic. Pekerjaan diselesaikan secara berurutan, absolut, terjadwal. Dalam budaya ini, waktu dibagi menjadi tiga masa yaitu (1) past, (2) present dan (3) future. Juga bisa dibagi menjadi (1) linear, (2) continuous dan (3) economic. Budaya Barat menganggap waktu sebagai anak panah, dari past-ke future, linear dan perspective.

Budaya Jepang, menggunakan sistem polychronic. Jepang menganggap waktu tidak absolut (1) orientasi pada saat ini, tapi dihubungkan dengan masa lalu dan masa datang (Makimono/scroll), (2) melihat masa depan sebagai sesuatu yang ditarik ke masa kini. Dengan demikian, Jepang lebih signifikan dan lebih kuat dalam orientasi short term dan long term, dibandingkan budaya Barat. Level adaptasi lebih tinggi dibandingkan dengan budaya Barat
Sistem polychronic selanjutnya dikembangkan menjadi PERT chart atau Critical Path Method (CPM), untuk perencanaan proyek, penjadwalan, mereduksi polychronic menjadi monochronic.

Strategi Manufakturing

Waktu menjadi elemen penting dalam strategi manufakturing. Waktu adalah resources yang harus dihemat (economicity), khususnya dalam produksi, pengembangan dan pengenalan produk baru, penjualan, dan distribusi: (1) short term, (2) medium term dan (3) long term.

Prevention

·       Prevention cost (pendidikan, dokumentasi, revisi, dsb.) Jepang (31,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan level dunia (22,1%).
·       Preventive maintenance Jepang (66,2%), lebih tinggi dari level dunia (37,2%), reactifying maintenance (37,5%) lebih rendah dari level dunia (62.8%). Berarti, Jeoang lebih mementingkan kesiapan Total Production Management (TPM).


Kamis, 07 Maret 2013

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR



Ada empat faktor yang mempengaruhi proses belajar sehingga belajar menjadi semakin kompleks yaitu (A) iklim belajar, (B) motivasi peserta, (C) lingkungan fisik peserta dan (D) gaya belajar.

A.    Iklim Belajar

Iklim belajar ini berkaitan erat dengan sistem dan aturan yang sedang dijalankan di dalam organisasi, untuk mempromosikan dan meningkatkan pembelajaran, sehingga mempengaruhi kemampuan organisasi untuk memahami lingkungannya dan mendorong perilaku baru bagi karyawannya. Sistem yang sedang berjalan mungkin bisa diformalisasikan sebagai strategi mentoring dan diklat bagi karyawan. Sistem juga bisa informal, misalnya seperti pembelajaran yang dilakukan di dalam lingkungan masyarakat yaitu saling berbagi pengetahuan. Beberapa faktor akan terlibat dalam pembelajaran ini antara lain ukuran organisasi, struktur organisasi, sejarah, budaya, sasaran dan orang-orang yang berkerja untuk organisasi tersebut. Tempat kerja sangat penting diperhatikan, karena bisa digunakan sebagai sumber belajar karena melekat pada proses pembelajaran sehari-hari. Tantangan bagi penatar adalah mendukung kondisi tersebut dan bisa bertukar posisi dari mode instruktor (keperilakuan) ke mode fasilitator (kognitif). Penatar juga dapat memberikan kesempatan fasilitating untuk mengembangkan belajar berbasis sosial melalui berbagai teknik antara lain mengidentifikasi ketertarikan dan mendukung komunitas, dan mengkomunikasikan pembelajaran dengan berbagai ilustrasi keseluruh tingkat dalam organisasi tersebut. Fasilitator juga dapat membantu menekankan pentingnya belajar sebagai bagian dari kehidupan bukan hanya sekedar memberikan instruksi kerja.

B.    Motivasi Peserta

Peserta mau belajar karena dimotivasi secara ekstrinsik (dari luar) maupun intrinsik (dari dalam). Faktor ekstrinsik meliputi pernghargaan dari luar antara lain gaji dan kualifikasi profesional yang lebih baik, sedangkan faktor intrinsik antara lain motivasi yang dikendalikan oleh diri sendiri, ambisi personal dan hasrat dari diri sendiri untuk memahami dan mengatasi masalah yang sedanig dihadapi. Teori belajar fokus pada bentuk yang berbeda dari motivasi. Pendekatan keperilakuan (behavior) menekankan pada penghargaan, pendekatan kognitif menekankan faktor intrinsik. Sedangkan kombinasi motivasi ekstrinsik dan intrinsik akan lebih kuat digunakan untuk mendorong motivasi peserta untuk belajar.
Hirarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Abraham Harold Maslow (1943) dapat digunakan sebagai pedoman, bahwa manusia pada hakekatnya ingin memenuhi kebutuhan dasar sampai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Supaya karyawan termotivasi secara intrinsik, maka para tutor atau fasilitator dalam institusi harus dapat mendorong karyawan untuk dapat meningkatkan kompetensi sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar (physiological needs) sampai kebutuhan tertingginya (self actualization).
1.     Physiological needs yaitu kebutuhan makanan, air dan papan tempat tinggal
2.     Safety needs yaitu kebutuhan akan keamanan dan perlindungan
3.     Social needs yaitu kebutuhan akan rasa memiliki, cinta kasih
4.     Esteem needs yaitu kebutuhan akan harga diri, pengakuan dan status
5.     Self actualization needs yaitu kebutuhan akan pengembangan dan realisasi diri.

Carl Rogers menekankan bahwa independensi dan tanggungjawab merupakan pengendali motivator utama. Carl Rogers percaya bahwa dorongan untuk menjadi independen bisa meningkatkan fasilitasi untuk karyawan lain, tetapi tidak mengajari. Konsep yang lain tentang motivasi ini meliputi:
a.     Teori ekspektansi (Victor H. Vroom, 1964). Teori ekspektansi menyatakan bahwa orang melakukan tindakan bergantung pada kemungkinan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan outcome intrumental yang berharga.
b.     Teori Goal Setting (Locke, 1968), yang menyebutkan bahwa orang melakukan tindakan untuk mencapai tujuan mereka. Riset menunjukkan bahwa tujuan yang lebih sulit akan mendorong orang untuk belajar lebih giat, tetapi jika tugas terlalu sulit untuk dikerjakan, maka akan mengakibatkan peserta akan kehilangan semangat.
c.     Teori Politik (Pfeffer, 1986), yang mengemukakan bahwa individu melakukan tindakan karena termotivasi untuk mencapai outcome yang diharapkan, seperti sumber daya yang lebih baik, promosi atau tambahan kekuasaan.
d.     Teori Equity (Adams, 1963), memahami motivasi individu yang berhubungan dengan hubungan timbal balik diantara indivudual dan kelompok, dan dampak motivasi terhadap persepsi keseimbangan didalam pertukaran tersebut.

C.    Lingkungan Belajar

Diklat yang dilaksanakan di lingkungan kerja sebaiknya jauh dari pelaksanaan kegiatan organisasi sehari-hari. Meskipun diklat dilakukan secara elektronik melalui media e-learning, namun peserta akan tetap memilih situasi lingkungan yang tenang sehingga dapat belajar dengan baik. Jika diklat dilaksanakan di institusi tempat peserta bekerja (in-house training), sebaiknya disediakan tempat khusus yang bebas dari kegiatan sehari-hari.

D.    Gaya Belajar

Ada lima gaya belajar yang populer yaitu (1) type indicator, (2) learning model, (3) dominance instrument, (4) style inventory dan (5) klasifikasi Honey dan Mumford. Tabel 2 menunjukkan deskripsi lima gaya belajar tersebut.

Tabel 1: Klasifikasi gaya belajar
KLASIFIKASI
DESKRIPSI
Myers-Briggs Type Indicator
Model ini mengklasifikasi peserta ajar berdasar pilihan yang didasarkan pada tipe psikologi manusia yaitu: extravert atau introvert, sensor atau intuitor, thinker atau feeler dan judger atau perceiver.
Felder – Silverman Learning Model
Klasifikasi ini terdiri dari lima kategori yaitu: gaya belajar sensing atau intuitif, visual atau verbal, induktif atau deduktif, aktif atau reflektif, dan sekuensial atau global.
Herrman Brain Dominance Instrument
Metod eini mengklasifikasi pesert ajar berdasar pada pilihan relatif cara berpikir dalam empat mode yang berbeda yaitu: left-brain cerebral (logis), left-brain limbic (sekuensial), right-brain cerebral (holistik) dan right-brain limbic (emosional).
Kolb’s Learning-Style Inventory
Gaya belajar diklasifikasi berdasar (1) pengalaman konkrit atau konseptualisasi abstrak atau (2) eksperimentasi aktif atau observasi reflektif.
Honey and Mumford’s Classification
Dikembangkan dari Kolb’s inventory dan gaya belajar. Model ini meliputi empat komponen yaitu (1) aktivis, (2) reflektor, (3) pragmatis dan (4) teoris.
Sumber: Schramm (2001)

Konsensus diantara peneliti menyebutkan bahwa orang memiliki pilihan gaya belajar masing-masing. Tetapi gaya belajar mereka tidak tetap sepanjang masa. Pada umumnya, gaya belajar dipengaruhi secara kontekstual antara lain tempat belajar, topik dan struktur materi. Fasilitator harus mengetahui pentingnya mendorong peserta untuk belajar dengan mode yang berbeda. Kondisi ini dapat meningkatkan dampak belajar ketika peserta menghadapi persoalan dan situasi baru dengan lebih yakin pada diri sendiri. Gaya belajar yang paling populer adalah gaya belajar yang dikemukakan oleh David Kolb.
David A. Kolb lahir tahun 1939 adalah seorang teoritisi pendidikan asal Amerika yang tertarik dan fokus mempublikasikan experiential learning atau belajar berasaskan pengalaman. Dia adalah pendiri dan direktur Experience Based Learning Systems, Inc. (EBLS), dan profesor Organizational Behavior di Weatherhead School of Management, Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio. Kolb memperoleh gelar BA dari Knox College di 1961 dan gelar MA dan Ph.D. dari Harvard University di tahun 1964 dan 1967 di bidang psikologi sosial.
Pada awal tahun 1970 an, Kolb dan Ron Fry (sekarang mereka berdua di Weatherhead School of Management) mengembangkan Experiential Learning Model (ELM), yang terdiri dari empat elemen yaitu concrete experience, observation of dan reflection on that experience, formation of abstract concepts berdasar reflection, testing the new concepts, dan pengulangan. Keempat elemen ini adalah esensi belajar yang dapat dimulai dengan salah satu dari keempat elemen tersebut, tetapi biasanya dimulai dari concrete experience. Kolb menekankan bahwa model tersebut berkaitan erat dengan para pakar belajar yaitu John Dewey, Jean Piaget, Kurt Lewin, dan penulis lain yang menulis tentang paradigma experiential learning.
Model Kolb dikembangkan terutama untuk pendidikan orang dewasa, tetapi juga digunakan secara luas untuk pedagogi di pendidikan tingkat tinggi. Kolb juga dikenal dengan Learning Style Inventory (LSI). Model ini dibangun berdasar gagasan bahwa pilihan cara belajar bisa dideskripsikan menggunakan dua kontinum yaitu (1) active experimentation-reflective observation dan (2) abstract conceptualization-concrete experience. Hasil dari empat tipe peserta ajar adalah (1) converger (active experimentation-abstract conceptualization), (2) accommodator (active experimentation-concrete experience), (3) assimilator (reflective observation-abstract conceptualization), dan (4) diverger (reflective observation-concrete experience). LSI didesain untuk menentukan pilihan cara belajar secara individual.

Diverging (feeling and watching - CE/RO)

Orang dengan tipe diverging dapat melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Mereka peka. Mereka memilih untuk melihat daripada mengerjakan, dan cenderung mengumpulkan informasi dan menggunakan imajinasi untuk mengatasi masalah. Mereka sangat baik dalam melihat situasi konkrit dan memandang dari berbagai sudut pandang. Kolb menamai gaya ini dengan 'Diverging' karena orang dengan tipe ini menunjukkan kinerja yang lebih baik di dalam situasi yang membutuhkan pengayaan gagasan. Sebagai contoh brainstorming. Orang dengan gaya belajar diverging, memiliki budaya ketertarikan yang luas, dan suka mengumpulkan informasi. Mereka suka mengamati perilaku orang lain dan cenderung imajinatif dan emosional, kuat dalam bidang seni. Orang-orang dengan gaya belajar Diverging memilih bekerja di dalam kelompok, agar dapat mendengarkan dengan pikiran terbuka dan menerima umpan balik secara personal.

Assimilating (watching and thinking - AC/RO)

Orang dengan gaya belajar Assimilating, melakukan pendekatan yang lebih ringkas dan logis. Gagasan dan konsep lebih penting daripada orang. Orang dengan gaya belajar assimilating membutuhkan penjelasan yang baik dan jelas daripada kesempatan untuk mempreaktekannya.  Mereka sangat cepat memahami informasi dan mengorganisasikannya dalam format logis yang jelas. Orang dengan gaya belajar Assimilating kurang fokus dan suka pada pendapat orang lain, tetapi lebih mementingkan ide dan konsep yang abstrak. Orang ini lebih tertarik pada teori yang kedengaran logis daripada pendekatan melalui praktek. Dalam situasi belajar, orang dengan tipe ini memilih membaca, ceramah, mengekplorasi model analitik dan memiliki banyak waktu untuk berpikir.

Converging (doing and thinking - AC/AE)

Orang dengan tipe belajar Converging dapat mengatasi masalah dan akan menggunakan hasil pembelajaran untuk diprakekkan. Mereka memilih tugas-tugas teknis dan kurang suka pada orang dan aspek-aspek interpersonal. Orang dengan gaya belajar Converging sangat mahir mewujudkan teori dan gagasan. Mereka cenderung spesialis dan memiliki kemampuan teknis yang tinggi, menyukai eksperimen gagasan baru, untuk menstimulasi pekerjaan dengan penerapannya pada praktek.

Accommodating (doing and feeling - CE/AE)

Gaya belajar Accommodating cenderung berdasar pada intuisi daripada logika. Orang dengan gaya belajar accomodating menggunakan analisis orang lain dan memilih pendekatan praktikal dan pengalaman. Mereka menyukai tantangan baru dan tidak menyukai perencanaan. Orang dengan gaya belajar Accommodating memilih bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas. Mereka menentukan sasaran dan bekerja di lapangan untuk mencoba berbagai cara untuk mencapai tujuan mereka.

PUSTAKA

Andi Mappier (1982) “Psikologi Remaja,” Usaha Nasional: Surabaya
Herwin Yogo Wicaksono (2009) “Kreativitas dalam pembelajaran musik,” Cakrawala Pendidikan, Th. Ke XXVIII, No. 1, pp. 1-12.
http://en.wikipedia.org, diunduh Mei 2012
http://id.wikipedia.org, diunduh Mei 2012
http://kamusbahasaindonesia.org, diunduh November 2011.
http://wiki.answers.com/Q/What_are_individual_differences, diunduh Mei 2012.
http://www.e-quilibre.jp/coaching/kolbtest.html
Kartini Kartono dan Dali Gulo (1987). Kamus Psikologi, Paris Jaya, Bandung.
Kelly, Kevin T. (2001). Learning Theory and Epistemology, Department of Philosophy, Carnegie Mellon University.
Maslow, Abraham Harold (1954) Motivation and Personality, 3rd edition, Harper and Row Publisher Inc.
Maslow, Abraham, H. (1943). “A theory of human motivation,” Psychological Review, No. 50, pp. 370-396.
Michalski, Ryszard S. (1991). “Toward a unified theory of learning: An Outline of Basic Ideas,” Invited paper for the First World Conference on the Fundamentals of Artificial Intelligence, Paris.
Pfeffer, Jeffrey. (1986). Organizations and Organization Theory, Pitman Publishing Inc., Mashachusetts, USA.
Schiffman, Leon G., and Kanuk, Leslie Lazar. (2007). Consumer Behavior, 9th ed. Pearson Education Inc., New Jersey.
Schramm, Jennifer. (2001). “Change Agenda,” Chartered Institute of Personnel and Development, University of Cambridge.
Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta

Senin, 14 Januari 2013

TRAINING NEED ASSESMENT


Jika Anda adalah guru Seni, Budaya dan Keterampilan, cobalah melakukan assesment untuk kebutuhan training Anda. Seperti diketahui, jika Anda membutuhkan pemutakhiran sertifikasi,nda harus mengikuti  Ujian Kompetensi Guru SBK. Untuk mengetahui apakah Anda siap mengikuti ujian tersebut, cobalah mengisi asessment dibawah ini.

Caranya mudah. Beri tanda silang pada angka disebelah kiri pernyataan TINGKAT PENILAIAN dan TINGKAT KEBUTUHAN, lalu kalikan kedua angka tersebut, dan tuliskan pada kolom SKOR KEBUTUHAN, kemudian hitunglah persentasi nya, seperti contoh dibawah ini.


CARA PENGISIAN SKOR KEBUTUHAN
No.
STANDARD KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
TINGKAT PENILAIAN
TINGKAT KEBUTUHAN
SKOR KEBUTUHAN

KL. VII SEMESTER 1





Mengapresiasi karya seni rupa
1.1.
Mengidentifikasi  jenis karya seni rupa terapan daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan
9
(3 x 3 = 9)

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu




INSTRUMEN TRAINING NEED ASSESSMENT
UNTUK GURU SENIRUPA DI SATUAN PENDIDIKAN SMP

No.
STANDARD KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

TINGKAT PENILAIAN

TINGKAT KEBUTUHAN
SKOR KEBUTUHAN

KL. VII SEMESTER 1







      1.           
Mengapresiasi karya seni rupa
1.1.
Mengidentifikasi  jenis karya seni rupa terapan daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu




1.2.
Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan   daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


      2.           
Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
2.1.
Menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dari daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


2.2.
Merancang karya seni rupa dengan memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


2.3.
Membuat karya seni rupa dengan memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


KL VII SEMESTER 2







      3.           
Mengapresiasi karya seni rupa
3.1.
Mengidentifikasi  jenis karya seni rupa terapan daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


3.2.
Menunjukkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan   daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu
      4.           
Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
4.1.
Menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dari daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


4.2.
Membuat karya seni rupa dengan teknik dan corak daerah setempat

1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


4.3.
Menyiapkan karya seni rupa hasil buatan sendiri untuk pameran kelas atau sekolah

1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


4.4.
Menata karya seni rupa hasil buatan sendiri dalam bentuk pameran kelas atau sekolah
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu

KL VIII SEMESTER 1







      5.           
Mengapresiasi karya seni rupa
5.1.
Mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan Nusantara
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


5.2.
Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan Nusantara

1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu
      6.           
Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
6.3.
Merancang desain motif tekstil dengan  corak seni rupa Nusantara
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


6.4.
Membuat desain motif tekstil dengan  corak seni rupa Nusantara
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


6.5.
Mengekspresikan diri melalui  karya seni rupa dengan   menampilkan corak seni rupa Nusantara
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu

KL VIII SEMESTER 2







      7.           
Mengapresiasi karya seni rupa
7.1.
Mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan Nusantara
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


7.2.
Menampilkan sikap apresiatif terhadap  keunikan gagasan   dan teknik karya seni rupa terapan Nusantara

1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu
      8.           
Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
8.1.
Membuat  karya seni grafis dengan  corak seni rupa Nusantara
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


8.2.
Mengekspresikan diri melalui karya seni grafis
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


8.3.
Membuat karya seni rupa hasil karya sendiri untuk pameran kelas atau sekolah
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


8.4.
Menata karya seni rupa hasil karya sendiri dalam bentuk pameran kelas atau sekolah
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu

KL IX SEMESTER 1







      9.           
Mengapresiasi karya seni rupa
9.1.
Mengidentifikasi seni rupa murni yang diciptakan di daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


9.2.
Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik seni rupa murni daerah setempat
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu
    10.             
Mengekspresikan diri melalui  karya   seni rupa
10.1.
Memilih unsur seni rupa Nusantara untuk dikembangkan menjadi karya seni murni
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


10.2.
Mengekspresikan diri melalui karya    seni rupa murni yang dikembangkan dari unsur seni rupa Nusantara
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu

KL IX SEMESTER 2







    11.             
Mengapresiasi karya seni rupa
11.1.
Mengidentifikasi karya seni murni yang diciptakan di Indonesia
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


11.2.
Menampilkan sikap apresiatif terhadap  keunikan gagasan   dan teknik dalam karya seni murni Indonesia
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu
    12.             
Mengekspresikan diri melalui  karya   seni rupa
12.1.
Mengekspresikan diri melalui karya seni murni yang dikembangkan dari  beragam unsur seni rupa Nusantara dan mancanegara di luar Asia
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


12.2.
Membuat karya seni rupa kreasi sendiri untuk pameran di sekolah atau di luar sekolah
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


12.3.
Menata karya seni rupa kreasi sendiri dalam bentuk pameran di sekolah atau di luar sekolah.
1
Sangat Mampu
1
Tidak Dibutuhkan

2
Sebagian
2
Dibutuhkan
3
Sedikit
3
Sangat Dibutuhkan
4
Tidak Mampu


Jumlah Skor Kebutuhan







Persentasi Kebutuhan:  (SKOR TOTAL/ 372 X 100)




%


silakan mencoba ...