Differences in Manufacturing
Strategy Decisions Between Japanese and Western Manufacturing Plants: the Role
of Strategic Time Orientation
Chris Voss and Kate Blackmon
Perbedaan budaya Jepang dan Barat
mengakibatkan terjadinya perbedaan pada orientasi manufacturing strategy. Salah
satu perbedaannya adalah perilaku psikologis terhadap waktu, yang bisa
mengakibatkan penekanan yang berbeda pada konteks tujuan dan sasaran jangka
panjang dan jangka pendek. Observasi terhadap 600 perusahaan dari 20 negara
menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat adopsi dari praktek strategic
manufacturing dan hubungan antara perusahaan dan manufacturing strategy.
Perbedaan tentang persepsi waktu antara Jepang dan Barat
Perbedaan siginifikan:
· Sikap budaya
terhadap waktu, dan perbedaan konsep waktu
· Hubungan antara
strategi perusahaan dan strategi manufakturing
Manajemen Jepang,
menggunakan pendekatan jangka panjang, karena berhubungan dengan organisasi
yang membutuhkan manajemen manufakturing efektif, untuk membangun market share.
Manufakturing sebagai prioritas yang stratejik, strategi pengembangan, menjalin
hubungan yang lebih dekat antara supplier dan assembler, Total Quality Control
(TQC) dan Total Productive Management (TPM).
Manajemen Barat, menggunakan
pendekatan jangka pendek, fokus pada tujuan dan sasaran jangka pendek. Manajer
operasi menaruh perhatian pada isu-isu yang terjadi pada setiap bulan atau
setiap kuartal, operasi harian, dan menepati jadwal.
Framework
Konstruksi sosio-budaya atas waktu.
Dimensi dasar waktu bisa diterima sebagai sesuatu yang linear dan siklus. Waktu
bisa diterima sebagai sekuens yang menerus (tidak ada awal dan akhir), siklus
bisa statis, progresif atau degeneratif.
Aplikasi
· The economicity
of time, terkontrol dan dialokasikan
· Monochronic
(mengerjakan satu hal) dan polychronic (berbagai hal secara simultan).
Budaya Barat,
menggunakan sistem monochronic. Pekerjaan diselesaikan secara berurutan,
absolut, terjadwal. Dalam budaya ini, waktu dibagi menjadi tiga masa yaitu (1)
past, (2) present dan (3) future. Juga bisa dibagi menjadi (1) linear, (2)
continuous dan (3) economic. Budaya Barat menganggap waktu sebagai anak panah,
dari past-ke future, linear dan perspective.
Budaya Jepang,
menggunakan sistem polychronic. Jepang menganggap waktu tidak absolut (1)
orientasi pada saat ini, tapi dihubungkan dengan masa lalu dan masa datang
(Makimono/scroll), (2) melihat masa depan sebagai sesuatu yang ditarik ke masa
kini. Dengan demikian, Jepang lebih signifikan dan lebih kuat dalam orientasi
short term dan long term, dibandingkan budaya Barat. Level adaptasi lebih
tinggi dibandingkan dengan budaya Barat
Sistem polychronic selanjutnya
dikembangkan menjadi PERT chart atau Critical Path Method (CPM), untuk
perencanaan proyek, penjadwalan, mereduksi polychronic menjadi monochronic.
Strategi Manufakturing
Waktu menjadi elemen penting dalam
strategi manufakturing. Waktu adalah resources yang harus dihemat
(economicity), khususnya dalam produksi, pengembangan dan pengenalan produk
baru, penjualan, dan distribusi: (1) short term, (2) medium term dan (3) long
term.
Prevention
· Prevention cost
(pendidikan, dokumentasi, revisi, dsb.) Jepang (31,8%) lebih tinggi
dibandingkan dengan level dunia (22,1%).
· Preventive
maintenance Jepang (66,2%), lebih tinggi dari level dunia (37,2%), reactifying
maintenance (37,5%) lebih rendah dari level dunia (62.8%). Berarti, Jeoang
lebih mementingkan kesiapan Total Production Management (TPM).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar