Ada empat faktor yang mempengaruhi proses belajar sehingga belajar menjadi semakin kompleks yaitu (A) iklim belajar, (B) motivasi peserta, (C) lingkungan fisik peserta dan (D) gaya belajar.
A. Iklim Belajar
Iklim belajar ini berkaitan
erat dengan sistem dan aturan yang sedang dijalankan di dalam organisasi, untuk
mempromosikan dan meningkatkan pembelajaran, sehingga mempengaruhi kemampuan
organisasi untuk memahami lingkungannya dan mendorong perilaku baru bagi
karyawannya. Sistem yang sedang berjalan mungkin bisa diformalisasikan sebagai
strategi mentoring dan diklat bagi karyawan. Sistem juga bisa informal,
misalnya seperti pembelajaran yang dilakukan di dalam lingkungan masyarakat
yaitu saling berbagi pengetahuan. Beberapa faktor akan terlibat dalam
pembelajaran ini antara lain ukuran organisasi, struktur organisasi, sejarah,
budaya, sasaran dan orang-orang yang berkerja untuk organisasi tersebut. Tempat
kerja sangat penting diperhatikan, karena bisa digunakan sebagai sumber belajar
karena melekat pada proses pembelajaran sehari-hari. Tantangan bagi penatar
adalah mendukung kondisi tersebut dan bisa bertukar posisi dari mode instruktor
(keperilakuan) ke mode fasilitator (kognitif). Penatar juga dapat memberikan
kesempatan fasilitating untuk mengembangkan belajar berbasis sosial melalui
berbagai teknik antara lain mengidentifikasi ketertarikan dan mendukung
komunitas, dan mengkomunikasikan pembelajaran dengan berbagai ilustrasi
keseluruh tingkat dalam organisasi tersebut. Fasilitator juga dapat membantu
menekankan pentingnya belajar sebagai bagian dari kehidupan bukan hanya sekedar
memberikan instruksi kerja.
B. Motivasi Peserta
Peserta mau belajar karena
dimotivasi secara ekstrinsik (dari luar) maupun intrinsik (dari dalam). Faktor
ekstrinsik meliputi pernghargaan dari luar antara lain gaji dan kualifikasi
profesional yang lebih baik, sedangkan faktor intrinsik antara lain motivasi
yang dikendalikan oleh diri sendiri, ambisi personal dan hasrat dari diri
sendiri untuk memahami dan mengatasi masalah yang sedanig dihadapi. Teori
belajar fokus pada bentuk yang berbeda dari motivasi. Pendekatan keperilakuan (behavior) menekankan pada penghargaan,
pendekatan kognitif menekankan faktor intrinsik. Sedangkan kombinasi motivasi
ekstrinsik dan intrinsik akan lebih kuat digunakan untuk mendorong motivasi
peserta untuk belajar.
Hirarki kebutuhan yang
dikembangkan oleh Abraham Harold Maslow (1943) dapat digunakan sebagai pedoman,
bahwa manusia pada hakekatnya ingin memenuhi kebutuhan dasar sampai kebutuhan
tertinggi yaitu aktualisasi diri. Supaya karyawan termotivasi secara intrinsik,
maka para tutor atau fasilitator dalam institusi harus dapat mendorong karyawan
untuk dapat meningkatkan kompetensi sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar (physiological needs) sampai kebutuhan
tertingginya (self actualization).
1. Physiological needs yaitu kebutuhan makanan,
air dan papan tempat tinggal
2.
Safety needs yaitu kebutuhan akan
keamanan dan perlindungan
3.
Social needs yaitu kebutuhan akan rasa
memiliki, cinta kasih
4. Esteem needs yaitu kebutuhan akan harga diri, pengakuan dan
status
5. Self actualization needs yaitu
kebutuhan akan
pengembangan dan realisasi diri.
Carl Rogers menekankan bahwa
independensi dan tanggungjawab merupakan pengendali motivator utama. Carl
Rogers percaya bahwa dorongan untuk menjadi independen bisa meningkatkan
fasilitasi untuk karyawan lain, tetapi tidak mengajari. Konsep yang lain
tentang motivasi ini meliputi:
a. Teori
ekspektansi (Victor H. Vroom, 1964). Teori ekspektansi menyatakan bahwa orang
melakukan tindakan bergantung pada kemungkinan bahwa tindakan tersebut akan
menghasilkan outcome intrumental yang
berharga.
b. Teori
Goal Setting (Locke, 1968), yang menyebutkan
bahwa orang melakukan tindakan untuk mencapai tujuan mereka. Riset menunjukkan
bahwa tujuan yang lebih sulit akan mendorong orang untuk belajar lebih giat,
tetapi jika tugas terlalu sulit untuk dikerjakan, maka akan mengakibatkan
peserta akan kehilangan semangat.
c. Teori
Politik (Pfeffer, 1986), yang mengemukakan bahwa individu melakukan tindakan
karena termotivasi untuk mencapai outcome
yang diharapkan, seperti sumber daya yang lebih baik, promosi atau tambahan
kekuasaan.
d. Teori
Equity (Adams, 1963), memahami
motivasi individu yang berhubungan dengan hubungan timbal balik diantara
indivudual dan kelompok, dan dampak motivasi terhadap persepsi keseimbangan
didalam pertukaran tersebut.
C. Lingkungan Belajar
Diklat yang dilaksanakan di
lingkungan kerja sebaiknya jauh dari pelaksanaan kegiatan organisasi
sehari-hari. Meskipun diklat dilakukan secara elektronik melalui media e-learning, namun peserta akan tetap
memilih situasi lingkungan yang tenang sehingga dapat belajar dengan baik. Jika
diklat dilaksanakan di institusi tempat peserta bekerja (in-house training), sebaiknya disediakan tempat khusus yang bebas
dari kegiatan sehari-hari.
D. Gaya Belajar
Ada lima gaya belajar yang
populer yaitu (1) type indicator, (2)
learning model, (3) dominance instrument, (4) style inventory dan (5) klasifikasi
Honey dan Mumford. Tabel 2 menunjukkan deskripsi lima gaya belajar tersebut.
KLASIFIKASI
|
DESKRIPSI
|
Myers-Briggs
Type Indicator
|
Model
ini mengklasifikasi peserta ajar berdasar pilihan yang didasarkan pada tipe
psikologi manusia yaitu: extravert atau introvert, sensor atau intuitor,
thinker atau feeler dan judger atau perceiver.
|
Felder
– Silverman Learning Model
|
Klasifikasi
ini terdiri dari lima kategori yaitu: gaya belajar sensing atau intuitif,
visual atau verbal, induktif atau deduktif, aktif atau reflektif, dan
sekuensial atau global.
|
Herrman
Brain Dominance Instrument
|
Metod
eini mengklasifikasi pesert ajar berdasar pada pilihan relatif cara berpikir
dalam empat mode yang berbeda yaitu: left-brain
cerebral (logis), left-brain limbic
(sekuensial), right-brain cerebral
(holistik) dan right-brain limbic
(emosional).
|
Kolb’s
Learning-Style Inventory
|
Gaya
belajar diklasifikasi berdasar (1) pengalaman konkrit atau konseptualisasi
abstrak atau (2) eksperimentasi aktif atau observasi reflektif.
|
Honey
and Mumford’s Classification
|
Dikembangkan
dari Kolb’s inventory dan gaya belajar. Model ini meliputi empat komponen yaitu
(1) aktivis, (2) reflektor, (3) pragmatis dan (4) teoris.
|
Sumber: Schramm (2001)
Konsensus diantara peneliti
menyebutkan bahwa orang memiliki pilihan gaya belajar masing-masing. Tetapi
gaya belajar mereka tidak tetap sepanjang masa. Pada umumnya, gaya belajar
dipengaruhi secara kontekstual antara lain tempat belajar, topik dan struktur
materi. Fasilitator harus mengetahui pentingnya mendorong peserta untuk belajar
dengan mode yang berbeda. Kondisi ini dapat meningkatkan dampak belajar ketika
peserta menghadapi persoalan dan situasi baru dengan lebih yakin pada diri
sendiri. Gaya belajar yang paling populer adalah gaya belajar yang dikemukakan
oleh David Kolb.
David A. Kolb lahir tahun
1939 adalah seorang teoritisi pendidikan asal Amerika yang tertarik dan fokus
mempublikasikan experiential learning atau belajar berasaskan pengalaman. Dia
adalah pendiri dan direktur Experience Based Learning Systems, Inc. (EBLS), dan
profesor Organizational Behavior di Weatherhead School of Management, Case
Western Reserve University, Cleveland, Ohio. Kolb memperoleh gelar BA dari Knox
College di 1961 dan gelar MA dan Ph.D. dari Harvard University di tahun 1964
dan 1967 di bidang psikologi sosial.
Pada awal tahun 1970 an,
Kolb dan Ron Fry (sekarang mereka berdua di Weatherhead School of Management)
mengembangkan Experiential Learning Model
(ELM), yang terdiri dari empat elemen yaitu concrete
experience, observation of dan reflection on that experience, formation of
abstract concepts berdasar reflection, testing the new concepts, dan
pengulangan. Keempat elemen ini adalah esensi belajar yang dapat dimulai dengan
salah satu dari keempat elemen tersebut, tetapi biasanya dimulai dari concrete experience. Kolb menekankan
bahwa model tersebut berkaitan erat dengan para pakar belajar yaitu John Dewey,
Jean Piaget, Kurt Lewin, dan penulis lain yang menulis tentang paradigma experiential learning.
Model Kolb dikembangkan
terutama untuk pendidikan orang dewasa, tetapi juga digunakan secara luas untuk
pedagogi di pendidikan tingkat tinggi. Kolb juga dikenal dengan Learning Style Inventory (LSI). Model
ini dibangun berdasar gagasan bahwa pilihan cara belajar bisa dideskripsikan
menggunakan dua kontinum yaitu (1) active
experimentation-reflective observation dan (2) abstract conceptualization-concrete experience. Hasil dari empat
tipe peserta ajar adalah (1) converger
(active experimentation-abstract conceptualization), (2) accommodator (active
experimentation-concrete experience), (3) assimilator (reflective observation-abstract conceptualization),
dan (4) diverger (reflective
observation-concrete experience). LSI didesain untuk menentukan pilihan
cara belajar secara individual.
Diverging (feeling and watching - CE/RO)
Orang dengan tipe diverging
dapat melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Mereka peka. Mereka memilih
untuk melihat daripada mengerjakan, dan cenderung mengumpulkan informasi dan
menggunakan imajinasi untuk mengatasi masalah. Mereka sangat baik dalam melihat
situasi konkrit dan memandang dari berbagai sudut pandang. Kolb menamai gaya
ini dengan 'Diverging' karena orang
dengan tipe ini menunjukkan kinerja yang lebih baik di dalam situasi yang
membutuhkan pengayaan gagasan. Sebagai contoh brainstorming. Orang dengan gaya belajar diverging, memiliki budaya ketertarikan yang luas, dan suka
mengumpulkan informasi. Mereka suka mengamati perilaku orang lain dan cenderung
imajinatif dan emosional, kuat dalam bidang seni. Orang-orang dengan gaya belajar
Diverging memilih bekerja di dalam
kelompok, agar dapat mendengarkan dengan pikiran terbuka dan menerima umpan
balik secara personal.
Assimilating (watching and thinking - AC/RO)
Orang dengan gaya belajar Assimilating, melakukan pendekatan yang
lebih ringkas dan logis. Gagasan dan konsep lebih penting daripada orang. Orang
dengan gaya belajar assimilating membutuhkan
penjelasan yang baik dan jelas daripada kesempatan untuk mempreaktekannya. Mereka sangat cepat memahami informasi dan
mengorganisasikannya dalam format logis yang jelas. Orang dengan gaya belajar Assimilating kurang fokus dan suka pada
pendapat orang lain, tetapi lebih mementingkan ide dan konsep yang abstrak.
Orang ini lebih tertarik pada teori yang kedengaran logis daripada pendekatan
melalui praktek. Dalam situasi belajar, orang dengan tipe ini memilih membaca,
ceramah, mengekplorasi model analitik dan memiliki banyak waktu untuk berpikir.
Converging (doing and thinking - AC/AE)
Orang dengan tipe belajar Converging dapat mengatasi masalah dan
akan menggunakan hasil pembelajaran untuk diprakekkan. Mereka memilih
tugas-tugas teknis dan kurang suka pada orang dan aspek-aspek interpersonal.
Orang dengan gaya belajar Converging
sangat mahir mewujudkan teori dan gagasan. Mereka cenderung spesialis dan
memiliki kemampuan teknis yang tinggi, menyukai eksperimen gagasan baru, untuk
menstimulasi pekerjaan dengan penerapannya pada praktek.
Accommodating (doing and feeling - CE/AE)
Gaya belajar Accommodating cenderung berdasar pada
intuisi daripada logika. Orang dengan gaya belajar accomodating menggunakan
analisis orang lain dan memilih pendekatan praktikal dan pengalaman. Mereka
menyukai tantangan baru dan tidak menyukai perencanaan. Orang dengan gaya
belajar Accommodating memilih bekerja
dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas. Mereka menentukan sasaran dan
bekerja di lapangan untuk mencoba berbagai cara untuk mencapai tujuan mereka.
Andi Mappier (1982) “Psikologi
Remaja,” Usaha Nasional: Surabaya
Herwin Yogo Wicaksono (2009) “Kreativitas dalam pembelajaran musik,” Cakrawala Pendidikan, Th. Ke XXVIII, No.
1, pp. 1-12.
http://en.wikipedia.org,
diunduh Mei 2012
http://id.wikipedia.org,
diunduh Mei 2012
http://kamusbahasaindonesia.org, diunduh November 2011.
http://wiki.answers.com/Q/What_are_individual_differences,
diunduh Mei 2012.
http://www.e-quilibre.jp/coaching/kolbtest.html
Kartini Kartono dan
Dali Gulo (1987). Kamus Psikologi,
Paris Jaya, Bandung.
Kelly, Kevin T.
(2001). Learning Theory and Epistemology,
Department of Philosophy, Carnegie Mellon University.
Maslow, Abraham Harold (1954) Motivation
and Personality, 3rd edition, Harper and Row Publisher Inc.
Maslow, Abraham, H.
(1943). “A theory of human motivation,” Psychological
Review, No. 50, pp. 370-396.
Michalski, Ryszard S.
(1991). “Toward a unified theory of learning: An Outline of Basic Ideas,” Invited paper for the First World Conference
on the Fundamentals of Artificial Intelligence, Paris.
Pfeffer, Jeffrey.
(1986). Organizations and Organization
Theory, Pitman Publishing Inc., Mashachusetts, USA.
Schiffman, Leon G.,
and Kanuk, Leslie Lazar. (2007). Consumer
Behavior, 9th ed. Pearson Education Inc., New Jersey.
Schramm, Jennifer.
(2001). “Change Agenda,” Chartered
Institute of Personnel and Development, University of Cambridge.
Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta
1 komentar:
dafabet link dafabet link starvegad starvegad gioco digitale gioco digitale 11bet 11bet クイーンカジノ クイーンカジノ jeetwin jeetwin 10bet 10bet bk8 bk8 온카지노 온카지노 planet win 365 planet win 365 97
Posting Komentar